Manis Pahitnya Kehidupan

“ketika seseorang ingin berubah”

Tak Ada Artinya Usaha Tanpa Doa February 22, 2009

Filed under: Cerita Ajah...,Motivations,My Stories — lucky @ 13:02
Tags:

Sebentar saja aku terkesiap tatkala teman-temanku menanyakan mengenai masalah yang tengah kuhadapi saat ini. Beberapa pertanyaan muncul dengan santainya dari bibir mungil sahabatku ini. Kira-kira pertanyaan yang diajukan memang cukup simple dan tanpa perlu lama berfikir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Simple tapi cukup menohok hatiku tatkala mendengarkan secara khidmat pertanyaan tersebut. Apakah usaha yang kamu lakukan untuk menyelesaikan permasalahanmu sudah maksimal? Itu pertanyaan pertama yang diajukan.

Pertanyaan kedua yang juga menjadi pertanyaan yang simple yaitu apakah kamu melakukan shalat tahajud di sepertiga malam? Itu pertanyaan keduanya. Dan yang terakhir adalah pertanyaan seberapa sering kamu melakukan shadaqoh terhadap fakir miskin? Cukup tiga buah pertanyaan yang simple diucapkan tetapi justru disitulah jawaban dari permasalahan-permasalahan yang selama ini kita hadapi.

Seperti tercantum dalam judul bahwa “tak ada artinya usaha tanpa doa”, jadi walaupun kita mati-matian kita berusaha melakukan usaha untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada hidup kita apabila tidak disertai dengan doa dan pintanya kepada Sang Khalik niscaya kita tak akan pernah menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

Itu yang paling berkesan dari obrolanku dengan salah satu temanku mengingat dengan adanya obrolan kali ini aku tersadar akan suatu hal yang mungkin terlupakan selama ini, hal yang cukup simple tetapi ternyata memiliki andil dan pengaruh yang cukup besar dalam penyelesaian masalah yang tengah dihadapi.

 

Dalam Sebuah Renungan… August 23, 2008

Filed under: Motivations,Renungan — lucky @ 11:42
Tags: , ,

Aku menatap langit sore yang diselimuti awan putih. Terlihat beberapa ekor burung yang tengah menikmati hidupnya berkeliling melawan derasnya angin. Kurasakan kebebasan yang menyelimuti burung-burung itu kemudia terlintas tanya dalam benakku.

“Hai burung-burung mungil, bagaimanakah kehidupanmu di atas sana? Apa saja yang kau lakukan sepanjang hidupmu? Dan bagaimanakah caramu berterimakasih kepada Tuhanmu yang telah memberikan kebebasan pada hidupmu?”

Sebuah tanya tanpa jawab yang kuperoleh seiring dengan berlalunya burung-burung itu.

Pandanganku kemudian beralih pada orang-orang yang berlalu lalang dari arah kanan dan kiriku. Seakan membawa pikiranku kepada dua malaikat yang selalu menyertaiku di samping kanan dan kiriku. Pikiranku menerawang jauh pada hidup yang selama ini kujalani. Muncul pertanyaan dalam hatiku ketika teringat pada makhluk Allah SWT yang selalu berada di samping kiriku.

“Wahai malaikat yang senantiasa mencatat segala amal buruk perbuatanku, apakah engkau telah lelah menulis karena terlalu banyak dosa dan kesalahan yang kuperbuat selama ini? Apakah lembaran-lemabaran dosa ini sudah teramat penuh sehingga engkau memerlukan berpuluh-puluh, beratus-ratus bahkan berjuta-juta lembar lagi untuk menuliskan dosa-dosaku?”

Air mataku jatuh bagaikan air sungai deras menerpa pipiku mengingat banyak sekali dosa dan kesalahan yang telah kuperbuat.

Ketika aku menolehkan pandanganku ke arah kanan, tangisku seakan tak terhindarkan dari ingatan hidupku yang memunculkan tanya pada malaikat yang selalu berada di samping kananku.

“Wahai malaikat yang selalu mencatat amal perbuatan baikku. Apakah pena yang kau gunakan untuk menulis sekarang telah menjadi macet karena jarang sekali kau gunakan dalam menulis amal perbuatan baikku? Apakah lembaran-lembaran kebaikanku ini masih berupa halaman kosong yang belum tersentuh penamu karena jarang sekali aku melakukan kebaikan selama hidupku?”

Aku hanya bisa terdiam dalam tangis panjang. Aku sangat berharap tangisku akan memberikanku kekuatan untuk senantiasa meninggalkan dosa-dosa yang kuperbuat serta menyadarkanku untuk selalu menambah amal ibadahku kepada Allah SWT.

Aku berlari, berlari jauh menuju sebuah tempat persembunyian, sebuah tempat yang hanya ada aku dan Tuhanku. Kubenamkan diriku dalam sujud-sujud panjangku kepada-Nya. Seraya mengucapkan permohonan tulus dari hati seorang manusia yang merasa sangat kecil dimata Tuhannya.

“Ya Allah SWT… Aku tahu dan aku sangat paham bahwa hidup dan matiku itu semua terjadi atas kehendak-Mu. Namum mengapa aku selalu saja melupakan hal tersebut? Mengapa aku selalu saja menomor duakan diri-Mu dari kehidupanku di dunia yang tidak kekal ini? Maafkan aku Ya Allah karena aku selalu tergoda pada nikmat dunia yang hanya sementara Kau titipkan kepadaku. Kembalikanlah aku Ya Allah, kembalikan aku pada jalan-Mu, pada jalan yang membawaku pada surga-Mu yang indah…”
“Ya Allah SWT… Aku tahu bahwa Engkau telah dengan ikhlas mengabulkan setiap doa yang kupanjatkan dimanapun aku menginginkannya. Tetapi mengapa aku selalu lupa untuk sekedar mengucapkan rasa terimakasihku kepada-Mu? Maafkan aku Ya Allah, maafkan aku karena terlalu angkuh untuk menyadari semua kebesaran-Mu. Berikan aku hidayah-Mu agar aku dapat senantiasa selalu bersyukur atas semua nikmat yang Engkau berikan selama ini…”

Dengan mata yang penuh dengan genangan air mata, kututup renunganku dengan sebuah ucapan Amin Yaa Rabbal ‘Alamin”